Stigma Terhadap Gangguan Mental: Mengatasi dan Memahami


Stigma terhadap gangguan mental seringkali menjadi hambatan dalam upaya pemahaman dan penanganan kondisi kesehatan jiwa. Hal ini membuat banyak orang yang mengalami gangguan mental merasa terisolasi dan enggan untuk mencari bantuan.

Menurut Dr. Diah Setia Utami, seorang psikiater dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya, stigma terhadap gangguan mental seringkali muncul karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang kondisi tersebut. “Banyak orang masih percaya bahwa gangguan mental adalah hal yang memalukan atau menandakan kelemahan. Padahal sebenarnya gangguan mental adalah gangguan kesehatan yang perlu diatasi dengan serius,” ungkap Dr. Diah.

Untuk mengatasi stigma terhadap gangguan mental, penting bagi kita untuk memahami bahwa gangguan mental bukanlah hal yang bisa diabaikan. Dr. Diah menekankan pentingnya edukasi tentang gangguan mental agar masyarakat lebih terbuka dan peduli terhadap kondisi tersebut. “Dengan pemahaman yang lebih baik, kita bisa memberikan dukungan yang lebih besar kepada orang-orang yang mengalami gangguan mental,” tambahnya.

Selain itu, dukungan dari keluarga dan teman-teman juga sangat penting dalam proses pemulihan individu yang mengalami gangguan mental. Menurut Dr. Sari Kusuma, seorang psikolog klinis, “Keluarga dan teman-teman harus bisa memberikan dukungan moral dan emosional kepada individu yang mengalami gangguan mental. Mereka juga perlu memahami bahwa gangguan mental bukanlah sesuatu yang bisa diatasi dengan mudah dan membutuhkan proses pemulihan yang panjang.”

Dengan meningkatkan pemahaman dan dukungan terhadap individu yang mengalami gangguan mental, kita dapat bersama-sama mengatasi stigma yang masih melekat di masyarakat. Sebagaimana kata Nelson Mandela, “Stigma adalah hal yang salah. Kita harus mengatasi stigma terhadap gangguan mental dengan memahami dan memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan.”